Postingan

Romantis setelah nikah

Bismillah. Siapapun kita pasti pernah membaca kisah-kisah keromantisan Rasulullah, ya, atas istrinya. Di mana keromantisan itu di lakukan dibalik pintu, dalam artian tidak dilihat oleh orang lain. Lalu bagaimana bisa tau kalau Rasulullah itu romantis? Nah ini di riwayatkan langsung oleh Ummu Aisyah. Adapun tentang Rasulullah yang minum dibekas bibir Aisyah, Rasulullah yang kerap tidur dipangkuannya, yang membiarkan sang istri membelai rambutnya, mandi bersama, memiliki panggilan sayang, dan masih banyak lagi. Nah, dari kisah itu kita harusnya mengambil contoh. Bahwa sebenarnya lelaki baik itu adalah yang memperlakukan istrinya dengan baik.  Bukan malah mengambil contoh dan dipergunakan semaunya. Saat ini banyak banget kita temui orang yang sudah halal dengan bebasnya mengumbar kemesraan. Padahal mereka memiliki kewajiban untuk menjaga perasaan orang-orang yang masih sendiri, masih jomblo gitu ya.  Dalam diri kita ada naluri yang sama. Rasa ingin menyalurkan keinginan yang sama. Lalu ba

Perlombaan Yang Menggunakan Uang Pendaftaran

Bismillah. Nah, hari ini kita akan sedikit membahas tentang perlombaan yang memungut biaya pendaftaran. Maa syaa Allah, jika kita ikut lomba yang mesti bayar uang pendaftaran, lalu uang itu untuk membeli hadiah bagi si pemenang, ini tidak boleh ya. Ini sama saja seperti judi. Dan hukumnya haram. Loh, kenapa bisa? Saya juga dulu mikirnya seperti itu. Kok bisa? Judi darimananya? Perlu kita perhatikan, uang pendaftaran itu sengaja di kumpulkan lalu membeli barang atau hadiah bagi si pemenang. Dalam artian, peserta mempertaruhkan uang bersama peserta yang lainnya. Alhasil, jika menang uang itu sudah di ganti berbentuk barang dengan nilai yang lebih besar daripada uang pendaftaran. Intinya, mempertaruhkan sejumlah uang itu kan? Lalu bagaimana cara mengatasinya? Jika ingin perlombaan itu tetap berjalan, dan untuk membeli hadiahnya pun mesti menggunakan uang pendaftaran tersebut, kita mesti memakai Muhallil. “Orang yang menghalalkan.” Dalam artian orang ini tidak membayar uang pendaftaran, al

Futur

Siapa kita yang tidak mengenal apa itu futur. Bahkan tidak jarang kita mengalaminya sendiri. Ketidak konsistenan kita dalam menuntut ilmu, menjalankan ibadah, menyebarkan syari'at agama. Bahkan menjalankan sholat saja kita kerap kali menunda. Subhanallah, ini sering terjadi dalam diri kita.  “Malas banget sih mau pergi kajian, mana cuacanya panas banget. Entar kalo jadi hitam gimana?” “Ntar aja deh sholatnya. Baru jam segini, waktunya masih panjang.” Akan selalu ada kalimat yang melalaikan ibadah kita. Hasutan-hasutan setan silih berganti menghampiri. Yang tadinya semangat banget mau nuntut ilmu, eh tiba-tiba jadi malas. Yang tadinya udah nggak sabar menimba ilmu dalam kajian, eh tiba-tiba nggak jadi pergi, karna sayang meninggalkan drama Korea yang sedang seru-serunya. Duh, drama korea ini sangat mempengaruhi bagi pecintanya ya, hehe.. Saat kita menikmati kefuturan itu, ya sampai kapan juga kita tetap futur. Bahkan bisa kembali ke jahiliah. Tentu kita tidak mau dong saat nanti All

The Power Of Istighfar

🌸Renungan Fajar🌸 Siapapun kita, apapun yang kita kerjakan. Pasti kita pernah merasakan yang namanya kesal, ingin marah, tapi harus di tahan karena tidak memungkinkan untuk di lepaskan. “Jangan marah, maka bagimu syurga.” Nah maa syaa Allah sekali, bukan? Di saat hati ingin melontarkan kalimat kasar, saat pikiran sudah masuk dalam hasutan setan, di situlah iman kita akan teruji. Bagaimana kita menyikapinya? Bagaimana tindakan kita selanjutnya? Di tahan, nyesek. Di lepaskan? Ya ampun, apakah kita tidak bisa menahannya sedikit saja? Benar, kita harus menahannya. Bagaimana caranya? Perbanyaklah istighfar. Dulu bahkan saya sendiri tidak percaya. “Duh masa iya sih istighfar bisa menghilangkan amarah kita? Masa iya sih istighfar bisa menenangkan hati kita?” Subhanallah. Ini nyata. Beberapa hari yang lalu saya mengalaminya. Hal sepele namun rasanya nyesek sekali. Mau marah, duh ini tentang orang tua. Tidak marah alias di tahan, kok nyesek sampai menghancurkan mood saya? Sampai akhirnya saya

Ketika Cinta Tanpa Melibatkan Sang Pencipta

Hai, kita berjumpa lagi. Ketika hati terpaut oleh rasa. Ketika cinta memihak kepada salah satu manusia. Ketika tindakan tidak memikirkan apa dampaknya.  Di situlah hatiku terluka. Beribu rintangan menghadang langkah demi langkah menuju kecewa. Tapi apa yang kuperbuat? Aku justru menyalahkan takdir atas luka-luka yang kurasa. Seolah dunia tidak mengizinkanku berkenalan dengan bahagia, walau hanya sebentar saja. Bodohnya, aku memilih untuk terluka parah daripada menahan langkah. Hei, aku sayang kamu. Tapi sayangnya kamu tidak. Perasaanmu yang entah untuk siapa membuatku terluka bertambah parah. Goresan-goresan cinta yang seharusnya membuatku bertahan, kini malah melumpuhkan. Hei, aku sayang kamu. Tapi kamu sayang dia. Aku kecewa. Aku ingin marah. Aku ingin menyalahkan takdir atas segalanya. Aku ingin membenci kehidupan yang seolah selalu menjadi beban. Berpikir, aku terus berpikir apa yang salah. Mengapa cintaku selalu gagal disetiap langkah. Bukannya semua orang layak bahagia? Kenapa ak